Desa Pegayaman Menuju Kampung Islam Tertua di Pulau Dewata, Bali

Posted by : Admin 08/05/2024 Tags : Bali

Keunikan Kampung Gelgel, di Klungkung, Bali menarik untuk dijelajahi. Sebab, kawasan ini merupaka desa tertua yang hanya dihuni keturunan prajurit Majapahit.

Pulau Dewata Bali selama ini dikenal dengan tradisi dan kebudayaannya yang kental dan sangat sakral, serta mayoritas masyarakatnya adalah Hindu. Namun, tahukah Anda, di Pulau Dewata ini terdapat perkampungan bernama Gelgel yang merupakan desa Islam tertua.

Kampung Gelgel berlokasi di Klungkung, Bali. Desa Islam tertua ini konon sudah ada sejak dulu, yang mana warganya berasal dari 40 prajurit Muslim Majapahit.

Dulunya pernah terjadi peristiwa penting dalam Pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir sebagai Raja Gelgel I (1380 – 1460), yaitu Raja Bali pernah mengadakan kunjungan ke Keraton Majapahit pada waktu Raja Hayam Wuruk mengadakan konferensi kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh Nusantara.

Kemudian, Raja Bali bernama Dalem Ketut Ngelesir kembali ke Bali, yang saat itu dikawal oleh 40 pengiring dari kerajaan Majapahit beragama Islam. Dan sesampainya di Bali, 40 orang pengiring tersebut diberi tempat atau hadiah, yaitu di daerah Gelgel.

Sari Usut punya usut dari 40 pengiring ini, ada yang kembali ke Jawa ada yang ke bagian timur dan sebagian menetap di Gelgel hingga sampai saat ini. Sementara itu, terdapat cerita lainnya yang menyebutkan, kala itu orang-orang Islam di Gelgel hingga saat ini mengakui asal muasal mereka yang berasal dari Tanah Jawa. Mereka adalah orang-orang Majapahit, jumlahnya 40 orang yang datang ke desa tersebut sebagai Pengiring Dalem dari Majapahit.

Kemudian, cerita lainnya, salah seorang Raja Gelgel yang terkenal adalah Dalem Waturenggong yang memerintah dari tahun 1480 – 1550. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, Pulau Bali tidak lagi di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Usut punya usut menurut sumber-sumber lokal, Dalem Waturenggong tidak hanya berkuasa di Bali tetapi juga menguasai Lombok, Sumbawa,dan Blambangan (Jawa Timur).

Akan tetapi menurut penelitian, sampai saat ini belum ada benda atau situs bersejarah yang dimiliki oleh Desa Kampung Gelgel sebagai bukti sejarah pada masa masuknya Islam di Desa Kampung Gelgel. Di mana hingga sampai saat ini, hubungan kekeluargaan antara kerajaan klungkung yang sekarang berada di puri klungkung dengan warga masyarakat Desa Kampung Gelgel terjalin harmonis dan damai.

Hal tersebut terbukti, ketika perayaan hari besar keagamaan maupun kegiatan hari-hari tertentu masyarakat dengan raja klungkung beserta tokoh-tokoh puri klungkung duduk bersama, makan bersama dan saling bersilaturahmi atau saling mengunjungi. Kini Kampung Gelgel menjadi salah satu desa wisata di Bali. Meskipun menjadi desa Islam tertua, kini kampung tersebut ditinggali masyarakat mayoritas Hindu, sebanyak 98,27 persen. Sementara untuk penduduk muslim ada di urutan kedua, yakni 1,00 persen.

Kampung Islam Dengan Beragam Tradisi Unik Di Buleleng Bali.

Pegayaman Merupakan salah satu desa di Bali yang terletak di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Sejarah terbentuknya komunitas Islam di desa ini berasal dari zaman Kerajaan Buleleng yakni pada pemerintahan Ki Barak Panji Sakti dimana pada masa pemerintahaannya Ki Barak Panji Sakti pernah membantu Kerajaan Mataram, dan atas jasanya beliau diberikan 100 orang prajurit dan seekor gajah. Dimana keseratus orang ini adalah kelompok islam pertama yang ada di Bali Utara yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas Islam di Desa Pegayaman.

Interaksi yang terjadi terhadap kelompok Muslim ini seiring waktu dan generasi rupanya juga telah menciptakan kebudayaan baru yang sering kita sebut dengan istilah akulturasi budaya. Proses akulturasi budaya pada Desa Pegayaman ini selanjutnya menghasilkan beragam kebudayaan seperti, menamai awalan nama anggota keluarga mereka berdasarkan tradisi Bali yakni, Made, Ketut, Nyoman dll.

Dalam hal peribadatan dan perayaan hari raya suci Umat Hindu dan Islam, toleransi dan gotong royong pada masyarakat di desa ini sangatlah tinggi, hal ini terbukti pada saat hari Raya Nyepi serta Galungan dan Kuningan misalnya, masyarakat muslim akan membantu membuat Ogoh-Ogoh dan juga menghentikan segala aktivitas pada saat hari Raya Nyepi, kemudian pada hari raya Galungan dan Kuningan, Umat Hindu juga turut memberikan makanan kepada umat Muslim disana yang tentunya Halal.

Hal yang sama juga terjadi ketika Umat Muslim mengadakan hari raya keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi, juga pada saat kurban mereka akan melakukan “Ngejot” atau memberi makanan pada tetangga sekitar rumah, selain itu mereka mengenal istilah Penapean (membuat tape), Penyajahan (membuat jajan) dan Penampahan (penyembelihan hewan) dan bahkan megibung pada saat berbuka di bulan puasa dimana tradisi ini sangat mirip seperti kebudayaan yang ada di Bali. adapun Dalam hari raya Maulid Nabi mereka meyakini sebagai hari otonan Nabi Muhammad sehingga diadakan perayaan dengan membuat dan mengarak “Sokok Base”  dan “Sokok Taluh” tradisi ini merupakan upacara yang unik dan religius.

Adapun kesenian musik Burdah yang ada di Desa Pegayaman ini terbilang unik, karena jika diamati lagi maka terdapat perbedaan dari kesenian Burdah lainnya yang ada di luar daerah yakni lantunan setiap syairnya memiliki kesamaan dengan kidung yang ada di Bali juga anggota sekaa (kelompok) Burdah ini seluruhnya menggunakan busana khas Bali.

RELATED POSTS
FOLLOW US
error: Sorry Yech.......,